"Bunda, akhir-akhir ini Gavino sudah terlambat untuk ke tiga kalinya. Mungkin bangunnya boleh agak pagi lagi bunda?"
"Oia bunda, terimakasih infonya. Semoga besok dst saya usahakan supaya tidak datang terlambat lagi. Mohon maaf ya Bund"
"Oia bunda, akhir-akhir ini Gavino sedang tidak stabil emosinya kenapa ya?" Di kelas masih suka marah dan terkadang dia kalau lagi main sama temannya isengnya jadi beneran. Dan hari ini Nayla menangis karena Gavino membalas pukulan Nayla"
"Waduh, maaf lagi bun, semoga tidak terjadi pada Nayla dan temannya yang lain. Insyaallah saya akan sampaikan pada suami dan akan berbicara pelan-pelan dan memberi bimbingan pada Gavino "
Demikianlah salah satu chat yang ada pada histori WA saya beberapa hari lalu. Huaaaa rasanya pengen nangis saja. Ini kali kedua atau ketiga saya dijapri walikelas Gavino di sekolah. Langung tanpa menunggu lagi saya screenshoot dan tunjukkan pada suami yang sedang ngantor. Apa jawabnya ? "Iya, sampaikan maaf sama bunda gurunya, dan bilang kita akan berusaha mengingatkan pelan-pelan".
Eits tidak sampai disitu, suami juga menambahkan "Sudah bun, gpp kita nikmati saja setiap masa yang berjalan pada anak-anak. Ya, semoga saja guru di sekolah bisa memaklumi tingkah Gavino yang cowok banget dan bisa harap maklum atas ketidaksengajaan yang terjadi ini" kata suami menenangkan hati.
Tapi tetep kan... Kebayang dong ya, perasaan saya saat itu. Sedih, malu, resah dan terkadang saya merasa menjadi orangtua yang gagal kalau sudah ngomongin anak-anak. Pernah ga sih teman-teman mengalaminya. Itu baru salah satu contoh yang ada diseputaran pikiran saya.
Apalagi ya? buanyak 😆 mungkin bukan hanya saya sendiri saja yang mengalami masalah-masalah dalam hidup ini. Tapi saya yakin setiap orang pasti memiliki suatu masalah yang membuat perasaan ini bergejolak. Karena suatu permasalahan itu pasti akan selalu datang sebagai tanda kita manusia yang masih bernafas dan hidup di dunia.
Sering ga sih, permasalahan-permasalahan itu terkadang menghinggapi pikiran kita sehingga membuat kita terkadang sampai baper, marah, ngambek, pengen emosi jiwa saja rasanya. Baik itu permasalahan yang muncul karena dari diri sendiri dan juga dari luar.
KESALAHAN YANG HARUS DIMAAFKAN, BUKAN DIBIARKAN
Penyebab marah dari dalam bisa saja datang karena kesalahan yang telah kita lakukan sendiri baik kecil ataupun besar. Sementara penyebab marah, resah, emosi juga bisa datang dari pihak luar diri kita. Seperti saudara, teman, sahabat, relasi kerja dll.
Karena memafkan adalah suatu hal yang penuh jiwa dan keberanian sehingga kalian lebih memilh membiarkan masalah itu datang. Dan sudah tidak ingin lagi memaafkan atas apa yang sudah dilakukan oleh seseorang di masa lalu.
Memaafkan kesalahan orang lain, atau membiarkan dengan tidak memberikan atau mencari maaf dari orang yang membuat kesalahan pada kita tentunya hal yang sangat pribadi tanpa kita bisa memaksa. Hal itu sah- sah saja lho selama kalian berpikir bahwa kesalahannya masih sangat berat dan mengganggu dalam hidup kalian.
Terkadang saya sendiri pun sulit untuk memafkan diri sendiri, apalagi kalau itu menyangkut masalah keluarga terutama anak. Menyesali diri sendiri lebih tepatnya memafkan diri sendiri. Terkadang saya merasa mengapa semakin kesini, saya makin tidak sabar dalam mengasuh kedua lelaki kecil itu.
Entah penyebabnya karena capek, atau karena PR nulis banyak, atau karena mereka mendapat "ilmu" baru dari dunia luar yang tidak cocok dengan cara mendidik saya pada mereka. Sampai beberapa hal dengan keseharian bersama mereka membuat saya harus banyak belajar sabar dan terus belajar menjadi orangtua yang baik. Supaya mereka bisa lebih nyaman dengan saya, sama seperti yang mereka rasakan sebelum maknya ini berstatus menjadi blogger seperti sekarang.
Entah penyebabnya karena capek, atau karena PR nulis banyak, atau karena mereka mendapat "ilmu" baru dari dunia luar yang tidak cocok dengan cara mendidik saya pada mereka. Sampai beberapa hal dengan keseharian bersama mereka membuat saya harus banyak belajar sabar dan terus belajar menjadi orangtua yang baik. Supaya mereka bisa lebih nyaman dengan saya, sama seperti yang mereka rasakan sebelum maknya ini berstatus menjadi blogger seperti sekarang.
Tapi lama-lama saya pikir lagi, kenapa sih kog saya tidak bisa berdamai dengan diri sendiri? Mengapa memafkan diri sendiri begitu berat? seberapa besarkah kesalahan yang telah kita buat, sehingga kita tidak mau memafkan diri sendiri? Apakah dengan tidak memaafkan hidupmu bahagia? Lalu saya moncoba mengotak-atik perasaan ini disaat saya sedang sendiri. Introspeksi ceritanya.
Bagaimana bisa kamu mau memaafkan orang lain sementara dirimu sendiri tidak bisa memaafkan, untuk suatu hal tertentu yang sudah pasti bikin baper maksimal kamu. Toh, Islam mengajarkan juga, bahwa memaafkan akan jauh lebih besar pahalanya ketimbang mereka yang meminta maaf duluan.
Akhirnya saat itu saya mikir lagi, "buat apa sih Feb hidup cuma sekali tapi kamu ga berusaha enjoy dan mikirin hal-hal simple yang suka ngeracuni pikiran. Sudahlah, Maafkanlah kesalahan yang pernah dibuat oleh dirimu dan orang-orang yang pernah menyakitmu. Tidak rugi kog jadi orang pemaaf itu".
Karena bagi saya menjadi pemaaf itu penting dan tidak akan mengurangi harga diri dan martabat kita sebagai seorang insan kog. Memaafkan itu akan memiliki banyak manfaat seperti :
- Mengurangi stress atau luka yang terpendam dalam hidup.
- Menjadi lahan untuk interosperksi diri menjadi lebih baik lagi.
- Membuat kita bahagia dengan hilangnya luka batin.
- Baik untuk kesehatan.
- Menyambung silaturahmi pada orang yang pernah kita lukai atau melukai kita.
- Mempertahankan hubungan seperti yang sudah terjalin dengan baik sebelumnya.
- Menambah daftar teman yang nyaman berada dekat dengan kita, karena kita mudah untuk minta maaf dan memafkan.
- Belajar berbesar hati.
- Menikmati hidup dengan sebaik-baiknya.
- Memberikan pelajaran bagi diri kita di masa yang akan datang.
So, saya pikir lagi untuk apa membiarkan diri ini terpuruk dalam rasa kalut dalam perasaan bersalah terus menerus. Bangun Feb...dunia masih begitu indah untuk dinikmati. Untuk apa mikirin hal-hal kecil yang ga perlu kita pikirin, maafkanlah dirimu jadilah seseorang yang mengasyikkan buat siapapun juga yang ada di sekitarmu.
Maafkanlah kesalahan mereka yang sudah menyakitimu, lupakanlah masa lalu yang membuatmu terluka dan merasa sakit hati sehingga kamu sulit untuk memafkan.
Maafkanlah..maka kamu akan merasa bahagia satu strip lebih tinggi dari sebelumnya. Bebaskanlah wajahmu dari perasaan ga penting dengan tidak memaafkan diri sendiri atau orang lain.
Maafkanlah..maka kamu akan merasa bahagia satu strip lebih tinggi dari sebelumnya. Bebaskanlah wajahmu dari perasaan ga penting dengan tidak memaafkan diri sendiri atau orang lain.
Mungkin itulah alasan kenapa saya selalu terlihat narsis dan happy untuk difoto, sampai-sampai teman-teman blogger heran melihat saya heboh sendiri menikmati dunia "pose ini itu" atau kehebohan jika di setiap event blogger ada saya di dalamnya. Karena saya telah bahagia dengan dunia baru saya 😁 .
Dan saya berharap semoga kebahagiaan yang saya dapatkan karena saya telah melepas segala hal tentang Maaf memaafkan ini akan menambah kebahagiaan dalam diri. Hal ini tersirat dalam pose-pose foto saya yang selalu bahagia, yang semoga juga bisa ikut memberikan inspirasi atau manfaat bagi orang yang melihatnya.
Dan saya berharap semoga kebahagiaan yang saya dapatkan karena saya telah melepas segala hal tentang Maaf memaafkan ini akan menambah kebahagiaan dalam diri. Hal ini tersirat dalam pose-pose foto saya yang selalu bahagia, yang semoga juga bisa ikut memberikan inspirasi atau manfaat bagi orang yang melihatnya.
Lalu?? bagaimana
dengan kalian? kita coba memaafkan diri sendiri dan orang lain
yuk..😀memaafkan dari hal kecil sebelum kita harus memaafkan untuk hal
besar.
Yap..satu kata menutup tulisan ini....saya ingin bahagia dengan menjadi pemaaf T I T I K. Ikutan bahagia juga yuk 😁😄
#1minggu1cerita
Sumber Gambar : Google Foto
Sumber Gambar : Google Foto
Komentar
tengkiu shrenya ya mbk, : )
Memaafkan diri itu lebih sulit dari memaafkan orang lain (kalau pengalaman saya pribadi). Kapan-kapan sharing juga mbak bagaimana menangani perasaan kecewa pada anak sbg orang tua seperti kasus di atas. Terimakasih.