Sebagai seorang sekretaris komite di sekolah tempat anak-anak belajar, saya pun sering mendapat aduan atau komplainan yang wajib disampaikan ke pihak pejabat sekolah SDIT di wilayah Cipondoh Tangerang ini. Yap, salah satu komplainannya adalah tentang diterimanya anak autisme atau ABK di sekolah ini.
"Duh, kenapa sih ada anak ABK diterima juga, udah muridnya banyak masih ditambah lagi tugas gurunya yang tidak sedikit sepertinya merepotkan saja. Belum lagi lihat guru anak ABK atau autis ini kasihan harus mengikuti dan mendampingi terus selama jam pelajaran sekolah berlangsung" begitu juga kira-kira keluhan yang saya sampaikan kepada kepsek yang kerap disapa "Bunda" di sekolah.
Lalu dengan senyum dan sabar beliau menjawab " Bunda Gavino, kalau bukan kita yang menerima di mana lagi anak-anak autis ini akan bersekolah. Lalu... kalau bukan kita siapa lagi yang bisa menyayangi dan memperlakukan dia seperti layaknya anak seusia mereka? Bukan hanya soal materi (bayaran sekolah yang lebih besar ketimbang teman normal lainnya) tapi lebih kepada kepedulian dan rasa empati pihak yayasan kepada orangtua yang memiliki anak dengan kondisi berkebutuhan khusus seperti si A dan si B itu".
Terlepas dari jabatan sekretaris komite sekolah dengan murid sekitar 400 an siswa, yang harus memperjuangkan suara wali murid lain kepada sekolah. Saya pun hanya bisa terdiam dan senyum kecil mendengar jawaban dari kepsek yang sungguh berasa menampar pipi kiri dan kanan ini. "Astaghfirullah" gumam saya sambil menundukkan kepala karena malu.
-------------------------
Yap, ternyata kepedulian kepada anak dengan Autisme ini tidaklah hanya berlaku untuk kepsek sekolah saja, namun diperlukan juga kesadaran semua masyarakat Indonesia. Apalagi berdasarkan data World Health Organization (WHO) setidaknya ada 1 anak dari 160 anak di dunia dengan autisme atau istilahnya Autism Spectrum Disorder (ASD).
ASD merupakan gangguan perkembangan otak yang mempengaruhi kemampuan dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Gejalanya pun sudah bisa kita ketahui dari sejak anak-anak hingga remaja bahkan dewasa.
SGE Live Berkolaborasi Dengan Dian Sastrowardoyo Untuk Mengedukasi MAsyarakat Tentang Pentingnya Seni dalam Tumbuh Kembang Anak Dengan Autisme
Berbicara masalah autisme, saya mendapatkan banyak ilmu berharga yang saya dapatkan di Jakarta tanggal 20 November 2019 lalu. Bertempat di Mall Gandaria City Jakarta, saat menghadiri bincang ringan seputar anak autisme di Indonesia tepatnya di Jakarta.Yuhuuu bertepatan dengan hari anak nasional itu, saya juga bertemu dengan banyak pembicara yang salah satunya adalah Dian Sastrowardoyo yang kerap disapa Disas ini adalah seorang artis berprestasi dengan banyak filmnya juga sekaligus seorang ibu dari 2 orang anak. Dimana anak pertamanya mengalami autisme.
Nah, di acara sharing menarik ini, sekaligus menjadi saksi dimana SGE Live mengajak Disas untuk berkolaborasi dalam mengedukasi masyarakat di luar sana tetang pentingnya seni bagi tumbuh kembang anak autisme. Tidak hanya itu, disini pun SGE Live dan Disas juga menggalang donasi dari hasil penjualan tanda mata edisi khusus karya Disas dan karya Prinka Dipa serta Nindhita anak autisme yang sukses mendulang karyanya dalam bidang seni.
Artis cantik yang melejit namanya melalui film tahun 2000 an dengan filmnya yang sempat booming Ada Apa Dengan Cinta ini sangat mendukung sekali antusias SGE Live dalam membantu tumbuh kembang anak autisme melalui seni dan penggalangan donasi untuk sekolah Drisana.
"Cinta" ibu dari Shailendra Naryama Sastraguna Sutowo yang dilahirkan tahun 2011 yang juga mengidap autisme ini juga mengungkapkan bahwa dengan seni, anak penyandang autisme akan dapat lebih mudah beradaptasi, berkomunikasi dan bersosialisasi dengan teman-teman seumurnya.
Untuk itu, Disas yang juga jebolan Universitas Indonesia ini kerap menemani anaknya dalam bercerita secara visual maupun menggambar dan tertarik dan lebih sering menggambar mobil yang memiliki kecepatan aerodinamika (nah looo, hal yang tidak terpikir oleh anak normal pada umumnya kan?👏👏).
Hingga kini, anaknya dinyatakan tidak perlu terapi lagi itu adalah hal yang membuat dirinya dan suaminya sangat bersyukur atas tumbuh kembang anak lelaki yang jadi anak pertamanya itu.
Dengan pengalaman menjadi seorang ibu yang memiliki anak autisme ini, membuat Dian Sastro sangat peduli dengan dunia anak autisme apalagi perkembangan sekolah Drisana yang juga mensupport kesembuhan anaknya.
Lalu apa sih sekolah Drisana itu? Yuk kita kenalan melalui penjelasan Ibu Zavnura Pingkan selaku pendiri sekolah Drisana yang sebelumnya sangat berterima kasih atas kepedulian yang dilakukan oleh SGE Dan Dian Sastro sangatlah terbantu untuk keberlangsungan sekolah yang didirikannya khusus untuk anak autisme ini. Berawal dari pendiriannya di tahun 2014 dengan nama sekolah Keana lalu berubah menjadi sekolah Drisana.
Karena adanya keterbatasan biaya sekolah Keana yang menempati bangunan rumah yang ditempati dengan sistem kontrak itu akhirnya diusir dan kini menempati rumah yang lebih kecil dimana para murid yang berjumlah 9 orang dengan 4 orang guru itu harus bergiliran kelas setiap harinya. Maka, harapannya dengan bantuan dari kolabs antara SGE dan Disas ini dapat meningkatkan sarana prasarana belajar di sekolah Drisana, yang pastinya membuat anak-anak yang kebanyakan dari keluarga tidak mampu ini bisa nyaman belajar.
APA ITU SGE LIVE?
Btw, biar enak baca kelanjutannya,kita kenalan dulu yuk dengan SGE Live. Nah, SGE Live ini adalah promotor teamlab future Park And Animals of Flowers Symbiotic Lives yang akan berlangsung di Jakarta pada tanggal 20 Juni hingga 20 Desember 2019 di lantai 2 Gandaria City Mall Jakarta.
Oia ngomong-ngomong SGE live yang merupakan kepanjangan dari Sorak Gemilang Entertainment ini juga sudah menghasilkan banyak pertunjukan yang mendatangkan penyanyi atau grup dari luar negri dan berlangsung sukses. Hal ini sesuai dengan fokusnya untuk memproduksi dan mempromosikan acara hiburan yang cocok untuk keluarga.
Di pameran yang penuh dengan tekhnologi digital ini SGE Live turut mendukung anak dengan autisme untuk terus tumbuh dan berkembang melalui eksplorasi dan kolaborasi seni. Pameran yang berisi sorotan banyak warna-warni lampu digital ini, semua pengunjung, tidak terkecuali anak autisme dapat berimajinasi dan mengekspresikan diri sebebas-bebasnya selama jam buka pameran berlangsung pagi dari jam 10.00 hingga jam 21.00 WIB.
Dengan syaratnya membeli 2 tiket "teamlab future Park And Animals of Flowers Symbiotic Lives" maka para pengunjung sudah dapat berpartisipasi dengan memberikan donasi serta mendapatkan tanda mata senilai Rp 199.000 (perbuah nya) secara pre-order. Tanda mata ini dijual dari tanggal 20 November hingga 20 Desember mendatang, so...sambil bercengkerama bareng keluarga kita pun juga bisa berdonasi lho. Karena keuantungan penjualan tanda mata itu akan didonasikan seluruhnya kepada sekolah Drisana. Hal ini dijelaskan oleh Ibu Mervi Sumali selaku Chief Executive Officer SGE Live.
Menutup sesi sharing sore itu ada Ibu Nuryanti Yamin seorang Ortopedagog (seorang yang telah menjalani pendidikan profesional untuk mengatasi kesulitan belajar pada anak) sekaligus Co Founder Drisana Center juga memberikan info terkait indikator anak autisme yaitu :
- Ekspresi wajah datar
- Tidak menggunakan bahasa tubuh
- Jarang memulai komunikasi
- Tidak meniru aksi atau suara
- Bicara sedikit sekali, membeo kata
- Intonasi bicara aneh
- Tampak tidak mengerti kata
- Menggunakan kata secara terbatas
Lalu apa saja sih manfaat dari kegiatan seni untuk tumbuh kembang anak? SIMAK juga yuk:
So, lebih wasapda ya teman, jika anak kita mengalami gejala seperti di atas. Semakin dini mengetahuinya, semakin cepat dalam proses penyembuhannya kan. Untuk itu, salah satunya dengan kegiatan seni merupakan salah satu cara yang terbukti efektif dalam mengembangkan kemampuan komunikasi dan interaksi sosial dengan sekitarnya. Karena sesungguhnya kegiatan seni pada anak itu sangatlah banyak manfaatnya.
Jangan lupa kalau kalian punya waktu free, mampir juga ya ke Gandaria City Mall lantai 2 Jakarta. Karena akan banyak hiburan menarik yang full tekhnologi dari Jepang ini, saya sudah mencoba lho dan merasakan sensasi yang berbeda pastinya dari wahana hiburan keluarga yang lain. Karena dengan mengunjungi teamlab future Park And Animals of Flowers Symbiotic Lives ini sama dengan kita telah berdonasi memberikan sumbangan untuk anak autisme yang ada di sekolah Drisana.
Komentar