Melepas Anak Perjalanan Jauh Sendirian Malang Tangerang ! Why Not?

tulisanfebri 274

SAATNYA PULANG YEAYYY

Melepas anak bepergian jauh antar kota antar propinsi mengapa tidak? Yess itulah yang akan saya sharing pada artikel pembuka di awal pergantian tahun baru ini. Karena saya yakin, pasti tidak sedikit orang tua memilih melepas anak pergi sendiri karena kondisi yang tidak memungkinkan untuk turut serta mendampingi. 

Cerita ini di awali oleh jadwal Sekolah Progresif Bumi Shalawat Sidoarjo yang mengharuskan para santrinya untuk kembali ke rumah karena liburan semester. Mas Gavino, anak pertama pun harus menjalani liburan selama kurang lebih 2 minggu. Biasanya dia memilih libur di Malang, jika pas saya berada di sana. 

Mas Gavino bersama teman sekelasnya, berdiri paling atas no 6 dari kiri

Tapi, kali ini dia menginginkan pulang dan liburan di Tangerang saja karena ingin bertemu dengan ayah nya untuk belajar seraya melepas rindu.  Noted, dari jauh hari saya dan suami sudah ngobrol perihal agenda kepulangannya kali ini. 

MEMPERSIAPKAN PERJALANAN JAUH SENDIRI PADA ANAK                                  

Langkah pertama yang saya lakukan adalah membandingkan alat transportasi ternyaman dan termudah untuk lelaki beranjak remaja ini. Maskapai penerbangan sudah pasti saya coret, karena dia belum pernah pergi sendiri jika menggunakan pesawat. Secara butuh proses check in, jalan ke gate dan masuk sesuai panggilan. 

Selanjutnya kereta api, nah sebenarnya banyak orang menyarankan transportasi hitam idaman umat ini. Namun lagi-lagi saya tidak bisa memberikan pilihan ini karena masih dibutuhkan juga proses masuk dan keluar yang sendirian tanpa pendamping. 

Meskipun bisa bayar porter dengan "pura-pura" meminta untuk membantu mengangkat barangnya. Namun terasa sulit bagi saya untuk meyakinkan bahwa dia akan mengikuti intruksi di hari H. Belum lagi, saya harus menjemput ke stasiun Gambir yang membutuhkan waktu tempuh 1 jam lebih dari Tangerang di saat subuh buta. 

Akhirnya, pilihan pun jatuh pada bus. Emmm buat teman-teman yang belum pernah mencoba kendaraan panjang ini, tidak percaya jika sekarang bus sudah senyaman  itu. Dengan adanya infrastruktur yang bagus untuk mode perjalanan darat via tol Trans Jawa, pastinya sangat membantu bagi masyarakat yang ingin menikmati perjalanan jauh dengan nyaman. Begitupun perjalanan dengan Malang Tangerang sejauh 870 Km ini. Belum lagi, armada bus berlomba-lomba memberikan pelayanan terbaik dengan fasilitas nyaman dan aman untuk para penumpangnya. 

Tanpa pikir panjang, kami berdua pun memutuskan untuk menjadikan bus sebagai pilihan dalam membawa Mas Gavino kembali ke pangkuan kami haha. Wokey, berikut tahapan yang saya persiapkan sebelum lelaki  berusia 14 tahun ini menikmati perjalanan panjangnya selama 12-14 jam perjalanan. 

1. Komunikasi dengan pihak sekolah, ini penting mengingat keputusan sekolah yang akan memberikan dia ijin untuk pulang sendiri tanpa orang tua. Melalui walas Ustadzah Lenny di kelas 8 ini, serta Ustadz Burhan selaku pendamping  kamar asrama saya menginfokan sekaligus meminta kerjasama perihal perijinan kepulangan sendiri tanpa mengambil rapot untuk semester kali ini. 
2. Beberapa hari sebelum keberangkatan, saya mengirimkan ponsel untuk memantaunya sepanjang perjalanan. Hal ini disebabkan, asrama melarang santrinya untuk membawa Hp berinternet selama berada di lingkungan sekolah. Makanya bantuan Ustadz sebagai penerima sementara sangatlah membantu saya. 
3. Next, saya meminta bantuan Risky selaku keponakan suami yang berdomisili Pasuruan untuk menghandle kepulangannya. Dia bertugas untuk menjemput dari sekolah, tektokan lewat Hp di hari H saja. Trus membawanya bermukim sementara di rumah Ibu Mertua selama 2 malam menunggu kepulangan ke Malang karena bus akan berangkat dari kota dingin ini. 
4. Pilih agen bus terbaik untuk mempermudah perjalanan, pastikan bisa mendapatkan nomor crew yang bertugas membawa Mas Gavino. Di sini saya memilih bus Trans 27 sebagai partner perjalanan, pastinya sudah membeli tiket jauh hari sebelumnya ya. Kelas President bus Trans 27 adalah kelas tertinggi yang dimilikinya. Tiket Malang Tangerang seharga Rp 510.000 pun siap membawanya pulang dengan rasa nyaman dan aman. Harga tersebut sudah termasuk makan 1x, snack box, air mineral, pop mie dan kopi free dalam bus sebagai fasilitas pelayanan kepada penumpang. 

HARI H KEBERANGKATAN 

Rasanya waktu berjalan teramat cepat, hingga hari H keberangkatan pun tiba. Tepat di tanggal 3 Januari 2023, komunikasi intens pun kami lakukan. Begitu pula dengan Risky keponakan yang akan menjadi ujung tombak dari perjalanan ini. 

Rute pertama yang harus ditempuhnya adalah membawa kakak sepupunya dari asrama Bumi Shalawat Sidoarjo ke Pasuruan dengan motor selama  1 jam. Menjelang siang hari pukul 11.30 WIB sampai asrama sekolah, dan bertemu 1 jam setelah sholat Dhuhur. Lanjut, perjalanan santai itu dimulai dengan beli es kelapa dan makan ayam chicken di sebuah rumah makan setelahnya. Lagi-lagi drama sandal mas Gavino lepas, akhirnya dengan tanggap tanpa diminta Risky langsung membelikan sebagai alas kaki. 

Selanjutnya setelah 2 malam tidur di rumah Uti nya, termasuk mengikuti permintaan saya supaya mau nyekar terlebih dahulu ke makam Mbahkung nya. Next, Risky akan membawa Mas Gavino ke Singosari Malang dalam persiapan keberangkatan menuju Tangerang. 

Kali ini dia dibantu temannya menggunakan mobil dalam melaksanakan misi terakhir yang saya amanahkan kepadanya, yaitu mengantar sampai bus. Secara tiket bus juga harus di print dan menunggu kedatangan armada yang akan membawanya pulang ke Tangerang sebagai tujuan terakhir. 

Jadwal keberangkatan bus trans 27 dari Ardimulyo Singosari adalah pukul 14.30 WIB. Tetapi penumpang diminta datang satu jam sebelumnya. Dan rombongan 3 lelaki ini sampai di lokasi sekitar pukul 12.30 WIB. Tetep ya "Dek Aris, mas Vino lapar mau makan dulu ya" akhirnya mereka bertiga makan bakso saja di lokasi terdekat dengan pool tersebut. "Iya le, yang penting perutnya terisi, kalau cari makan yang tempatnya jauh takutnya ga keburu dengan jadwal bus nya"

Sebelum bus berangkat, Risky memastikan bahwa semua sudah aman. Barang sudah masuk 

bagasi dan kakak sepupunya ini sudah naik bus sesuai nomor kursinya (6A berada di pojok paling belakang, sebelum area minuman dan makanan free dalam bus orange hitam tersebut) Setelah mas Gavino duduk manis, tugasnya pun selesai dan saya minta untuk kembali lagi ke Pasuruan dengan transferan ke rekeningnya sebagai tanda terima kasih telah menjaga dan bertugas dengan baik. 

Berikut tahapan yang saya lakukan untuk perjalanan kali ini. Semoga bisa juga menjadi referensi buat orang tua lainnya yang memiliki permasalahan jarak yang sama. 

1. Memantau lewat HP sebelum, sesaat dan sesudah perjalanan penjemputan anak lanang. Pastikan HP selalu dalam kondisi on untuk memudahkan pengawasan. 
2. Memberikan pesan - pesan dan gambaran terkait perjalanan yang akan ditempuh oleh Mas Gavino termasuk saat harus menjamak sholatnya. 
3. Menjelaskan hal-hal yang harus dia lakukan dan hal yang tidak boleh dilakukan selama dalam perjalanan.
4. Meyakinkan pada mas Gavino bahwa semua akan berjalan dengan aman dan baik-baik saja meski tanpa orang tua yang mendapingi perjalanannya kali ini. 
5. Memantau juga melalui nomor crew yang on duty malam itu. Inilah perlunya memilih agent pembelian tiket terpercaya, untuk mensupport perjalanan meski hanya dengan memberikan nomor WA crew pramuniaganya. 
6. Selanjutnya saya juga menanyakan posisi saat ini dan juga perkiraan estimasi waktu kedatangan kepada crew. 
7. Tidak panik berlebihan, saya meyakinkan diri saya bahwa anak sulung itu bisa menjaga diri dan barangnya dengan utuh dari berangkat hingga sampai Tangerang. 
8. Banyak berdoa, dan yakin semua akan baik baik saja. Yapp sugesti itu yang selalu saya tanamkan pada diri ini sepanjang dia dalam perjalanan jauh. 

Well sedikit drama pun sempat terjadi, kepanikan wajar sebagai seorang Ibu adalah saat crew pramugaranya yang bernama mas Rifky menelpon saya sebanyak 2x tapi belum sempat terangkat dikarenakan saya mengecharge Hp dan meletakkan posisinya berjauhan. Sehingga nada deringnya tak terdengar huhuhu. Panik lah, apalagi saat saya telpon balik, mas Rifky mengabarkan bus akan segera melaju setelah turun untuk beristirahat makan di rumah makan daerah Nganjuk. 

"Bu, ini anak Ibu belum naik bus. Semua penumpang sudah masuk, sisa anak Ibu yang belum ada". Secepat kilat saya menjawab "coba cari di musholla atau toilet ya Mas. Siapa tahu masih di sana. Kalau ada toa bisa dipakai untuk memanggil" ngomong begini, sambil panik berat.  

Apalagi saat saya telpon ke HP "kiriman" kemaren juga tidak terangkat. Huhhhhh sambil baca-baca shalawat saya pun tetap berpositif thinking bahwa anak saya akan ketemu dan segera naik bus. Tepat pukul 19.29 mas Rifky pun membalas kepanikan saya dengan sebuah chat "sudah baru naik bu" seketika membuat jantung saya kembali berdegup  normal pada jalurnya. Please jangan ditanya bagaimana rasanya panik mendengar kabar begini ya haha.

TIBA HARI H

Akhirnya malam itu HP saya kondisikan untuk selalu on, letaknya pun persis di atas kepala. Supaya mudah mendengar panggilan yang masuk mengabarkan kedatangan bus nya. Benar saja pukul 05.10 WIB HP pun berdering memanggil saya yang masih tidur (secara semalam ngurusin kerjaan dan bayi Devina hingga 02.30 WIB. 

"Iya mas, Bunda otw ya. Sebentar tak sholat subuh dulu"  lelaki beranjak remaja ini pun menyanggupi sambil berpesan "Iya, jangan lama-lama Bund. Busnya udah sampai dari tadi. Mas ketiduran dan sekarang cuma mas sendiri penumpangnya. Ditunggu di dekat pom bensin ya" 

Perasaan panik pun masih bergelayut sebelum melihat langsung di depan mata. Selesai sholat subuh saya langsung tancap gass ke terminal Poris Plawad Tangerang yang hanya berjarak 5 menitan saja dari rumah. 

Oia di Tangerang pukul 05.15 WIB  masih agak gelap ya, jadi deg-deg an pun masih terasa. Apalagi sampai terminal mencari sosoknya belum juga ketemu. Hingga saya menghampiri bus Trans 27 yang membawanya tiba dengan selamat. "Bu, sudah turun semua penumpangnya, sudah pulang mungkin"  makin deg deg an lagi, sambil berdoa semoga tidak ada orang berbuat jahat pada anak saya termasuk dengan mengambil HP nya yang menjadi alat komunikasi. 

Kepanikan makin bertambah saat saya lupa belum menyelesaikan tagihan kartu halo sehingga terblokir dan tak bisa melakukan panggilan "alamak, lengkap sudah kepanikan subuh hari itu"  muter dan muter  di antara bus bus besar. Ternyata  anak sholeh ini duduk diam di pinggir SPBU sambil nonton Youtube dengan tetap memegang erat tas baju dan tas ransel laptopnya.  Huaaaaaa rasa syukur tak terkira, rupanya Allah menjaga titipan Nya itu dengan sangat baik.

Sampai  motor, saya pun segera mengucapkan syukur tak terkira dan ucapan terima kasih pada anak lanang yang dengan santainya bercerita bahwa dia sempat mabuk di perjalanan. "Untung ada kresek hitam kecil yang sudah disiapkan di bus nya Bun, jadi Mas ga bingung tadi"  oalah Le sek kober e kamu. 

Sudah cukup sharing hari ini, tulisan yang semoga membawa manfaat dan pengalaman baru buat orang tua yang melepas anak nya untuk melakukan perjalanan sendiri. Jangan lupa berikan anak pegangan uang ya untuk berjaga-jaga di sepanjang perjalanan. Padahal enaknya naik bus adalah kita akan mendapatkan banyak fasilitas yang free sebagai teman perjalanan. Sehingga tak perlu khawatir lagi jika tidak membawa banyak uang. Cukup 2000 rupiah sebagai amunisi kita turun ke toilet saat jam makan berlangsung. 

Oia terakhir, tak lupa berkabar bahwa anak saya telah sampai dengan selamat dan tanpa kurang suatu apapun kepada Ibu Mertua yang telah mendampingi sebelum akhirnya sampai kembali ke Tangerang. Sekian semoga membantu.

 *******

Artikel pertama setoran minggu ke 1 bulan Januari Blogger Travelers Batch 2